TRANSLATE

Tuesday, 3 August 2010

BERANI UJI NYALI?




Ih koq orang Amerika muntah- muntah saat diajak makan durian? Padahal buah yang satu ini dinobatkan sebagai "The King of Fruits".

Setelah membaca beberapa referensi dan tanya sana sini. Menurut saya, makanan eksotis (baca: aneh) ini paling banyak terdapat di Benua Asia. Entah karena manusianya gemar bereksperimen atau mungkin 'terpaksa' karena dulunya menjadi bangsa terjajah sehingga menjadikan manusianya dituntut memanfaatkan segala sumber alam untuk dijadikan makanan untuk bertahan hidup. Sebut saja ayam, binatang ini 'tampak' normal apabila daging dan telurnya diolah menjadi makanan enak. Bagaimana dengan kepala, kulit, usus, hati, ampela, darah, kaki sampai brutu (pantat) , itu semua bisa dimakan? Atau hidung sapi, kepala kambing, sampai 'torpedo' itu juga dimakan? Ckckckck...

Saya doyan makan tapi saya mempunyai dua syarat, yaitu: bentuk dan warnanya harus menarik untuk ditelan dan tidak mempunyai mata, saya bisa langsung ilfil apabila melihat makhluk diatas piring memandangi saya. Soal namanya apa dan rasanya enak atau tidak, asalkan dua syarat itu terpenuhi saya berani makan.

Percaya atau tidak, saya tuh takut sama yang namanya kepala, lidah, kuping, usus, otak, paru, ginjal, hati, ampela, brutu. Saya heran orang berebutan jeroan, makan sate ginjal dan paru goreng. Biarlah.. saya makan dagingnya, jeroannya saya kasih buat teman- teman yang doyan aja deh.

Saya pernah tertipu di sebuah pasar di Brunei, sate bakso ikan bumbu pedas pas dimakan koq genyel- genyel dan ternyata sate brutu (pantat ayam boiler, pantes montok). Langsung saya buang dan mogok makan semaleman karena kepikiran abis makan 'pantat'... wheeekk...
Di sebuah restoran sushi waralaba, saya pernah mencoba sushi 'bulu babi' yang baunya seperti bau pesing, warna kecoklatan seperti pup bayi, pas dimakan dingin hampa dimulut, dan bikin eneg karena parno. Di perjalanan Bandung - Tasikmalaya, makan siang di sebuah restoran Sunda inisial ' P' pas di cek, gulai otak 1. Setelah saling tuduh karena gak ada yang merasa makan gulai otak akhirnya pelayan mengambil barang bukti di meja kami. Woalahh... ternyata saya yang makan, langsung deh sakit perut.

Di Cina banyak makanan yang tidak lazim dimakan, seperti cakar beruang, kuda laut, otak monyet, sate belalang, sate kalajengking, sampai janin bayi yang dijadikan sup. Sungguh tidak manusiawi! Di Thailand, seorang teman mencoba makan semut dan telurnya, ulat goreng (lihat foto bawah) , sate kalajengking, belalang goreng, som tum salad pepaya/ mangga yang kesohor itu menggunakan kepiting kecil (kepiting soka) yang dibenyek hidup- hidup. Di Vietnam ada yang namanya hot vit lon (liat foto atas) yaitu telur yang telah menjadi embrio bebek beumur 19-21 hari. Di Jepang seorang teman juga berani mencoba mata gurita goreng, sashimi ikan fugu atau ikan buntal. Di restoran Korea ada menu tentakel gurita yang masih bergerak- gerak dimakan mentah dicocol bumbu. Di Indonesia sendiri ada yang terkenal yaitu paniki (kelelawar), tikus kayu dan erwe di Manado, ulat sagu di Papua, tutut atau bekicot di Pulau Jawa, sate landak di Salatiga, lawar penyu, lawar tawon dan lawar darah di Bali, sate kuda, susu kuda liar, sate torpedo, sate kelinci, rujak cingur, darah dan empedu ular, sup biawak, pepes telur kodok, dan lain- lain.

Berani mencoba?

Wednesday, 30 June 2010

KARTU KREDIT = KARTU BERGENGSI BUAT MAKAN?


Sistem kartu kredit adalah suatu jenis penyelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem kredit, yang namanya berasal dari kartu plastik yang diterbitkan kepada pengguna sistem tersebut (http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_kredit).

Hare gene siapa sih yang gak punya kartu kredit? Untuk orang- orang yang sudah berpenghasilan sendiri pasti punya minimal satu. Saat ini saya punya tiga kartu kredit pribadi yang aktif plus satu kartu yang masih ragu-ragu mau diaktifkan atau tidak.

Kartu pertama ini adalah kartu bersejarah buat saya karena itu adalah kartu kredit pertama yang saya miliki sejak jaman kuliah. Waktu itu rasanya senang bukan main karena bisa punya kartu kredit pribadi. Kartu kredit itu saya peroleh dengan proses yang lumayan sulit, saya harus kuliah di semester tiga dan IP saya harus minimal 2.5. Saya mendapatkan kartu kredit pertama saya dari hasil usaha sendiri loh. Pada waktu itu trend diskon di sejumlah restoran dengan melakukan pembayaran menggunakan kartu kredit belum begitu 'se-happening' seperti sekarang ini. Kartu kredit ini adalah salah satu pelopor trend kartu kredit diskon di berbagai restoran terkemuka yang sayangnya lebih banyak restoran di Jakarta. Waktu itu saya sempat dikasih gratis, tapi hanya bertahan 6 bulan lalu kemudian saya tutup lagi. O ya, pada waktu itu dengan menggunakan kartu gold, saya bisa bersantai di airport lounge gratis. Selain program- program diskon di sejumlah tempat makan, ada juga yang namanya program Lucky Dip. Saat hendak melakukan pembayaran, pemegang kartu kredit mengambil undian yang biasanya berupa gulungan kertas yang isinya berapa besar diskon yang diberikan, bisa 10%, 20%, 30%, 50% atau 100%. Sekali waktu ketika acara makan keluarga, paman saya mengambil Lucky Dip 100% yang artinya kita makan gratis... horeeee...

Kartu kedua, kartu dari bank lokal yang sengaja diminta berlimit rendah untuk digunakan ketika bertransaksi online. Dari kartu kredit ini saya bisa mencicil AC untuk toko saya dan kamera untuk dibawa jalan- jalan dengan bunga 0% untuk 6x cicilan. Kartu ini juga yang paling getol mengadakan program diskon 50% di restoran- restoran favorit, apalagi yang masuk kategori restoran 'mahal' ( horeee lagi ). Karena itu, setiap ada promo 50% restoran- restoran itu mendadak laris manis sampai harus waiting list. Suasana jadi berisik seperti makan di pasar, pelayanan jadi agak lambat, penampilan makanan tidak optimal, kualitas makanan agak menurun. Tapi gak apa- apalah.. ada harga ada barang, harga di potong 1/2 nya maka apa yang didapat pun hanya setengahnya. Semua itu terobati koq dengan ngobrol2 dengan teman- teman karena kita pergi rombongan, hubungan antara atasan dan bawahan menjadi lebih akrab karena ditraktir (mumpung diskon), bisa reuni dengan teman- teman lama.. hai hei hai hei kanan kiri karena semuanya kumpul disana, kan diskon 50%.

Kartu ketiga, kartu yang memberikan fasilitas harga khusus untuk pembelian tiket pesawat. Jujur saja, sampai detik ini saya belum pernah mendapatkan harga super spesial dengan menggunakan kartu kredit ini. Mungkin poin rewards yang dobel, tapi saya juga belum pernah menukarkan poinnya. Jadi saya belum menemukan keuntungan yang berarti dari kartu kredit ini.

Kartu keempat, kartu platinum yang memberikan fasilitas airport lounge. Tinggal telepon untuk aktivasi tapi saya malas karena begitu aktivasi.. saya merasa diikat. Kebetulan saya berencana untuk bepergian dalam waktu dekat ini, kalau fasilitas airport lounge bisa berlaku untuk 10 orang pasti langsung saya aktivasi. Saya tak tega melihat 8 teman saya nongkrong di luar sementara saya dan 1 orang teman duduk dengan nyaman sambil makan gratis.


  • Biasanya untuk mendapatkan diskon kita harus makan minimal 100.000 - 500.000 rupiah (* syarat dan ketentuan berlaku), karena itu sesuaikan jumlah orang sesuai dengan kapasitas perut. Kalau biasa makan sedikit jangan maksa beli 3 porsi demi dapat diskon, trus habis makan masuk Rumah Sakit gara- kara kekenyangan.
  • Karena kurang 5.000 rupiah, belilah makanan atau minuman tambahan supaya dapat diskon. Karena kalau 'nanggung' jumlahnya, lebih baik beli makanan/ minuman yang paling murah tapi kita dapat diskon. Kalau bisa bungkus ya bungkus, ingat sama orang di rumah.
  • Makan dengan banyak orang juga bisa jadi masalah, karena pada umumnya dibatasi sampai dengan jumlah tertentu, maksimal 1 jt - 1.5 jt (* syarat dan ketentuan berlaku). Apabila sudah diprediksi bakal habis banyak, diusahakan ada 2-3 orang yang memiliki kartu kredit dari bank yang sama. Pembayaran bisa dipecah- pecah dengan menggunakan kartu kredit berbeda orang. Apa sih yang gak bisa di Indonesia? Jangan lupa kasih tip lagi sebagai tanda terima kasih kepada pelayan yang sudah membantu.

Tuesday, 4 May 2010

MY NAME IS AISA



The name Aisa has the following meaning: One who is lively. A very popular Arabic name. (http://www.quickbabynames.com/meaning-of-Aisa.html)


"Halo, nama saya Aisa"

Aisa, hanya empat huruf saja tanpa embel- embel apapun di belakangnya. Kata Papa, tadinya saya hendak diberi nama Asia tapi batal karena kurang enak dipanggil. Panggilan As, Asi atau Sia, sepertinya koq kurang enak didengar gitu loh. Kata Oeij di belakang nama saya hanya muncul kadang- kadang untuk keperluan registrasi yang diharuskan untuk mencantumkan marga keluarga, seperti paspor, booking tiket pesawat, reservasi hotel, dan akun sosial media. 

Jujur saja waktu kecil saya gak begitu suka dengan nama Aisa, karena itu saya selalu 'menyamarkan' nama saya dengan nama panggilan yaitu Aai atau Ai Ai. Ternyata orang Indonesia keturunan China seperti saya banyak sekali yang dipanggil Aai atau Ai Ai. Kadang- kadang teman- teman sendiri pun suka bertanya, Aai yang mana ya? Jadilah saya punya banyak sekali 'marga dadakan' seperti Aai Kecil ( karena saya mungil ), Aai Bubat (dulu saya tinggal di Buah Batu), Aai Asesoris (karena hobby bikin asesoris), dan sekarang punya marga baru Aai Kuliner hahaha...

Sekarang apabila bertemu orang baru, saya langsung sebut nama saya Aisa. Saya senang dengan nama saya karena sekali sebut Aisa orang langsung ingat sama saya... Ooohhh Aisa, tanpa harus bertanya-tanya lagi Aisa yang mana. Nah yang jadi permasalahan, bagaimana cara menulis "Aisa" dengan benar? Meskipun saya sudah menyebutkan nama saya dengan sejelas- jelasnya seringkali orang masih salah tulis. Nama saya ditulis Aisah, Aisha, Aisyah atau yang aneh jadi Aisiyah. Sekarang biasanya saya menyebut "Nama saya Aisa, A I Es A" dengan dieja satu persatu atau "Saya tulis sendiri saja, Pak/ Bu". Sepertinya sih hal kecil, tapi kalau terjadi kesalahan penulisan nama dalam dokumen atau surat- surat penting itu nantinya akan berakibat fatal, seperti visa misalnya. Bisa- bisa tidak boleh masuk suatu negara hanya karena nama yang tertera di visa tidak sesuai dengan paspor.

Gara- gara soal nama, saya beberapa kali punya pengalaman dan anehnya selalu di Malaysia. 

Beberapa tahun lalu, saya bersama mama dan adik ikut tour keliling Malaysia. Waktu itu peserta tour yang lain menginap 1 malam di Genting. Karena kita bertiga sudah pernah ke  Genting maka kita memutuskan untuk tinggal di Kualalumpur saja dan baru besoknya bergabung dengan peserta lain di Ipoh saat makan siang dan kemudian bersama- sama berangkat ke Penang. Setelah berdiskusi dengan tour guide soal penjemputan kami di Kualalumpur besok pagi. Tour guide menelepon sopir yang akan menjemput kami, bahwa tamu yang bernama Aisa dari Indonesia akan menunggu di lobby hotel pada jam 7 pagi. Lalu dia menutup telepon selularnya. Beberapa detik kemudian dia menelepon sopir lagi sambil melihat saya, katanya "I want to tell you, her name is Aisa but she is Chinese". Saya langsung ngakakkkk. 

Baru- baru ini saya berlibur ke Penang, petugas imigrasi wanita keturunan India membolak balik paspor saya lebih dari 3 kali sambil bolak balik melihat muka saya ( saya deg- degan dalam hati, wahhh bakal diapain nih? *feeling ga enak ). "Aisa... hm.. Aisa ya? Betul nama Aisa?" Iya, betul. "Indonesia ya? Nak apa ke Penang? Kerja or Melancong?" ( saya disangka TKW hehehe ).

Terakhir di imigrasi Kualalumpur saya diintrogasi nama Oeij oleh 2 orang petugas Imigrasi. How to spell your surname? Jujur saya juga gak tau cara nyebutnya gimana, karena tambahan nama Oeij hanya muncul di paspor. 

Hello my name is Aisa. 

Monday, 3 May 2010

AKU BANGGA

Kakek saya mantan tentara pejuang... ayahku seorang dokter spesialis... anakku yang paling besar dapat beasiswa di universitas ternama... om saya seorang pengusaha sukses lho... bla... bla... bla... Biasanya menjadi pembicaraan pembuka di acara kumpul2, arisan, ibu- ibu di sekolahan, sampai gosip tetangga. Gelar, jabatan, status sosial, dan pekerjaan yang bagus pasti akan menjadi suatu kebanggaan, apalagi jika orang- orang sukses tersebut adalah salah satu dari keluarga kita.


Di dalam keluarga besar saya sih standar- standar saja, kakek saya bukan mantan pejuang, papa juga bukan dokter, om- om saya adalah para pengusaha sukses yang tingkat kesuksesannya masih jauh jika dibandingkan dengan kesuksesan Om Liem. Tapi di dalam keluarga besar saya punya suatu yang dapat dibanggakan, yaitu masakan nenek saya.

Waktu nenek masih muda-an, beliau sering membuat mie kuah (mie buatan sendiri dengan isi ebi, sawi putih, caisim, bawang son atau bawang cina, kembang kol), kue cikak merah isi ketan manis (isinya ketan yang dimasak dengan gula merah), bakcang babi dan kwecang (bakcang mini polos tanpa isi terbuat dari beras ketan berwarna kuning transparan mengkilat karena sebelumnya direndam air abu, dimakan dicocol tepung gula), kue kaumau (kulitnya terbuat dari ubi jalar oranye yang direbus lalu dihaluskan lalu dibulat- bulat sebesar bola pingpong kemudian dipipihkan, lalu ditaruh isi yang terbuat dari kacang tanah sangrai yang digiling kasar dicampur dengan irisan gula merah, dibentuk sedemikian rupa menjadi bentuk segitiga lalu dikukus atau digoreng, pas dimakan isinya meleleh dimulut), ketan merah putih (ketan dikukus lalu dibagi dua, sebagian dicampur gula merah dan sebagian lagi yang dibiarkan putih ditabur garam dimakan dengan taburan kelapa parut, biasanya untuk sarapan pagi ), mie goreng kucai (mie goreng dengan campuran udang, tauge dan kucai), bubur asin (terbuat dari beras dicampur sedikit beras ketan, ebi, bawang putih, bawang son, talas potong, sawi putih), bubur manis (terbuat dari beras ketan dicampur kacang tanah, gula merah, lengkeng kering, ancho (lihat foto) - bentuknya lonjong kecil dan kering, berwarna merah dan rasanya manis, asin, sedikit asam), gurame asam manis, kakap goreng tepung, dan masih panjang lagi.

Beberapa tahun terakhir ini nenek hanya membuat bubur asin dan bubur manis satu kali dalam setahun untuk mempertahankan tradisi. Kalau nenek membuat bubur asin atau bubur manis, biasanya beliau menelepon sendiri anak-anaknya satu persatu supaya mampir ke rumahnya sambil mengingatkan kami untuk membawa panci masing- masing.

Bagaimana dengan anda? Pasti punya masakan andalan keluarga yang dibanggakan juga kan? Nanti ajak saya icip- icip ya.

Sunday, 2 May 2010

BUAH JATUH DARI POHONNYA


Percaya atau tidak... secara tidak langsung, orang tua turut berpengaruh bagi anak-anaknya dalam menyukai makanan.

Di dalam keluarga penggemar makanan serba manis, anak- anaknya juga kemungkinan gemar makan makanan bercitarasa manis. Keluarga doyan makanan cenderung asin, anak- anaknya juga demikian. Jadi kalau ada yang bilang darah tinggi itu adalah penyakit keturunan, sepertinya kebiasaan makan dari kecil yang bercita rasa asin lebih dominan dan berlangsung turun temurun dari generasi ke generasi.

Kata mama, waktu saya kecil kalau nangis atau ngambek, mama langsung kasih kerupuk.. eh langsung diam. Jadilah saya seorang penggila berat kerupuk. Hampir sebagian besar orang Indonesia doyan makan kerupuk, jangan- jangan waktu kecil sering dikasih kerupuk juga. Pokoknya kerupuk di rumah gak bisa bertahan lama, pasti langsung ludes. Mama dan Nenek juga doyan kerupuk (keripik, rengginang & sejenisnya ). Nah kalau doyan keripik ini menularnya ke adik saya, kalo ke supermarket pasti beli keripik. Itu menular juga ke tante-tante (adik-adik mama), mereka penggemar berat yang kalau digigit kriuk- kriuk. Kalau bersilaturahmi pasti di suruh bawa pulang keripik atau rengginang atau kerupuk udang, ingat koresterol dan asam urat lhoo.

Mama anti dengan semua yang berbau sapi (apalagi kambing it's a BIG NO NO), baso sapi, sate sapi, steak sapi, pokoknya makanan yang berbahan dasar daging sapi pasti langsung ditolak (tapi koq doyan rendang? rendang gak bau sapi.. katanya). Ternyata Nenek juga ga doyan daging sapi. Berbalik 180 derajat dengan Papa, beliau pemakan segala.. daging kambing, sapi, ikan, domba, ular sampai anjing pun udah dicoba. Jadilah saya.. hasil didikan Papa ya begini nih, tapi saya masih amateur.. blom punya nyali buat cobain yang ekstrim- ekstrim.

Suatu kali saya makan kuetiau sapi berdua dengan nenek. Saya pesan kuetiau siram sedangkan nenek saya pesankan kuetiau goreng tanpa daging sapi. Nenek saya berkomentar.. liat kamu makan sepertinya enak, lain kali saya mau makan kuetiau siram ah. Lalu saya bilang, " Ema, ini isinya urat sapi, daging sapi dan baso sapi". Kata nenek: "Teu jadi ah, sapi".

Friday, 1 January 2010

ABOUT AISA

Hi, my name is Aisa from Bandung City - West Java, Indonesia. I am an ordinary girl who love to travel, eating, have interest in photography & a coffee lover. I love to meet new people and learn about new things.

Bich Dong Pagoda - Tam Coc, Vietnam


I LOVE FOOD - I eat food from street food to haute cuisine and everything in between. In other words, food is my passion. Every time I travel I prefer to try local food. #savelocalfood 

*

I LOVE PHOTOGRAPHY - A picture is more than a thousand words. I love to take picture about everything. When I see the pictures, I seem to remember the stories and memories from that time. Like a diary.

*

I made this blog as my diary, I created it to share my stories. By the way, this is a personal blog. It expresses my thoughts and nothing more. So if I’ve posted any wrong information, please do let me know. Thanks before!

*

All images posted in this blog is taken by ©Aisa and they shouldn't be used without any permission. If anyone wish to use the photo, please contact me personally. 


*

FIND ME HERE:   INSTAGRAM   ||   TWITTER   ||   YOUTUBE